“Dunia adalah sebuah buku, dan mereka yang
terus berdiam di rumahnya hanya khatam satu halaman saja.”
Kamu yang sedang merantau tentu setuju dengan
kutipan di atas. Ya, momen perjalanan atau kesempatan menjelajah tempat-tempat
baru memang menempa pribadimu. Berbagai pengalaman dan pelajaran
bisa didapat saat kamu berani meninggalkan kampung halaman, pergi merantau
ke kota lain atau negeri orang.
Merantau untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan
bukanlah perkara sederhana. Banyak hal yang harus dipikirkan matang-matang
sebelum akhirnya mantap memilih pergi. Di perantauan, berbagai tantangan pun
sudah menanti untuk dihadapi. Dan keputusan inilah yang bisa jadi mengubah arah
hidupmu. Membuat berbagai perubahan di setiap sisi kehidupanmu.
Tapi, adakah yang harus ditakutkan dari sebuah
perubahan? Adakah yang perlu dirisaukan ketika kamu meninggalkan zona nyaman demi
menjemput kesuksesan? Berbahagialah kalian yang pernah atau sedang berjuang di
perantauan – kalian yang enggan menikmati hidup dalam kesia-siaan!
Selama ini, keluarga di rumah dan
orang tua selalu membuatmu merasa cukup. Tapi hidup adalah
perjalanan untuk menjadi lebih dari cukup.
Rumah dan kampung halaman adalah tempatmu tumbuh dan
dibesarkan. Setiap sudut rumah dan kota tempatmu tinggal menyimpan kenangan
yang tak mudah dilupakan. Enggan rasanya untuk meninggalkan teman, keluarga,
dan segala romansa bersama kota tercinta. Selain itu, tinggal di rumah dengan
pendampingan kedua orang tua membuatmu tak pernah merasa kekurangan. Segala
kebutuhan dan berbagai fasilitas sudah baik-baik mereka sediakan.
Tapi, sampai kapan kamu bisa menikmati hidup yang
seperti ini? Ketika segala kebutuhan sudah tercukupi, lalu merasa puas dan
enggan menempa diri sendiri? Bukankah sebagai manusia dewasa kamu layak diuji
dan mengembangkan diri? Menjalani hidup yang itu-itu saja dan malas pergi
kemana-mana justru menjadikan kamu mentok. Tanpa sadar, kamu pun
melewatkan berbagai kesempatan yang tak akan kamu tahu kapan akan datang lagi.
Wajar untuk berat hati jika selama ini kamu tak
pernah tinggal sendiri. Tapi ingat sekali lagi:
sehangat-hangatnya rumah, kamu lahir untuk dunia yang lebih megah.
Pengertian zona nyaman adalah situasi atau kondisi
ketika kamu nyaman dengan suatu keadaan, misalnya ketika kamu memilih tinggal
bersama orang tua dan menjalani pekerjaan yang biasanya. Lantaran sudah merasa
nyaman, kamu enggan melakukan sesuatu yang lebih daripada apa yang kamu punya
saat ini. Kamu cenderung menikmati, tak mau berusaha jadi lebih baik karena
sudah berpuas hati.
Rumah dan segala kenyamanan yang ditawarkan justru
ibarat racun. Terus-terusan mengakrabinya sama halnya dengan bunuh diri. Saat
mulai merasa nyaman dengan apa yang kamu miliki, segeralah beranjak
meninggalkan zona nyamanmu. Salah satu cara yang bisa kamu pilih adalah pergi
merantau. Di tempat baru nanti, kamu akan “dipaksa” untuk belajar hal-hal baru.
Semakin berkembang dan meningkatkan kualitasmu sebagai seorang individu.
Pergi merantau bukanlah pilihan yang luar biasa. Toh
di luar sana ada banyak orang yang melakukan hal yang sama. Seorang temanmu
yang berasal dari Aceh sengaja merantau ke Jogja demi bisa kuliah di kampus
impiannya. Sementara, teman sebangkumu di SMA akhirnya memilih bekerja di
Malaysia lantaran berharap gaji yang tinggi dan kehidupan yang lebih baik.
Daripada daerah asal, tanah perantauan bisa jadi
lebih banyak menawarkan kesempatan. Di Pulau Jawa misalnya, ada deretan
nama-nama kampus ternama yang jadi tujuanmu menuntut ilmu. Di Malaysia atau
Singapura misalnya, ada perusahaan-perusahaan besar yang menawarkan berbagai
lowongan pekerjaan yang bisa kamu jajal. Selain itu, kota atau negara tujuan
bisa jadi punya lebih banyak fasilitas yang menawarkan kemudahan bagi hidupmu.
Memang belum tentu tanah rantau itu akan nyaman
bagimu. Bukan tak mungkin setiap minggu kamu begitu rindu untuk pulang
ke rumah, hangat dalam dekap Ibu. Namun kamu pantang menyerah begitu
saja. Bukankah setiap akhir yang manis selalu dimulai dengan keraguan, perasaan
tak betah, dan ketidaknyamanan?
Hidup sendiri memaksamu menyerap ilmu dari
segala penjuru. Pelajaran bisa didapat dari buku teks hingga tumpukan cucian
dan sisa uang di dompetmu.
Terbiasa hidup berdampingan dengan keluarga dan
teman-teman terdekat memang menyenangkan. Namun, sadarkah kamu bahwa ada
sebagian dirimu yang nyatanya dirugikan? Ya, pendampingan keluarga dan teman-teman
ternyata menjadikanmu tak bisa maksimal menempa diri sendiri. Perkara merapikan
kamar dan menuntaskan seember cucian masih saja kamu serahkan pada ibumu.
Setelah kalap berbelanja ada saja teman-teman dekat yang membantu masalah
keuanganmu. Apakah pantas jika di usia dewasa kamu masih saja mengandalkan
orang lain?
“People aren’t always going to be there for you,
that’s why you learn to handle things on your own.”
Ketika merantau, keadaan memang mengharuskanmu untuk
hidup sendiri. Jauh dari keluarga dan teman-teman dekat justru menjadikanmu
terlatih hidup mandiri. Perkara kebersihan kamar kos bisa kamu tangani.
Kebutuhan makan 3 kali sehari juga bisa kamu cukupi. Selain itu, kesendirian
kian melatihmu semakin mawas diri. Setiap keputusan dan sikap yang kamu ambil
akan baik-baik dipikirkan akibat dan konsekuensinya.
Akrab dengan gaji yang terbatas atau uang kiriman
yang serba pas, kamu pun paham: hidup hemat adalah sebuah bentuk perjuangan
Ketika masih tinggal dengan orang tua, mungkin kamu
tak perlu pusing memikirkan kebutuhanmu, soal makan misalnya. Bagaimana pun,
orang tua tak akan keberatan menyediakan makan untuk anak-anaknya setiap hari.
Saat rasa lapar menghampiri, kamu pun tak perlu repot mengkalkulasi isi dompet
dan menimbang-nimbang perkara mau makan apa atau di mana.
Sementara, kamu mungkin akan merasa tempat
perantauan terlalu kejam. Apalagi, saat harus mengakrabi gaji yang terbilang
kecil atau uang kiriman orang tua yang pas-pasan. Betapa kamu harus berjuang
menahan nafsu jajan atau keinginan untuk berbelanja. Segala kebutuhanmu pun
harus serba diminimalkan demi bisa bertahan hingga akhir bulan.
Tapi, pengalaman ini setidaknya mengajarkanmu bahwa
hidup hemat adalah sebuah keharusan. Paham rasanya hidup pas-pasan kamu pun tak
lagi impulsif saat sedang punya banyak uang. Kamu mengerti betapa pentingnya
menabung dan membagi penghasilan jadi beberapa bagian. Setelahnya, kamu pun
semakin bijaksana mengatur keuanganmu sendiri.
Merantau membuatmu mengerti bahwa kebebasan yang
kamu punya selalu datang sepaket dengan konsekuensinya
“Tinggal sama orang tua itu nggak bebas, mau
ngapa-ngapain masih diatur sama mereka.”
Apa sih arti kebebasan menurutmu? Saat masih remaja,
kamu mungkin merasa kebebasanmu direnggut ketika tak diijinkan keluar rumah
saat Sabtu malam. Kamu kesal ketika tak diperbolehkan pergi camping dengan
teman-teman sekelasmu. Kamu pun merasa tak terima ketika dilarang punya pacar
oleh orang tua, sedangkan teman-teman sebayamu hampir semuanya sudah punya
pasangan.
Ketika akhirnya hidup sendiri di perantauan, makna
kebebasan tak lagi terdengar sederhana. Meski tak ada orang tua yang selalu
mengawasi kegiatanmu sehari-hari, kamu justru tak mau bertindak seenaknya. Di
usia dewasa, kamu mengerti bahwa segala yang kamu lakukan harus bisa
dipertanggungjawabkan. Meski tinggal sendiri dan bebas melakukan apa saja,
kamu akan baik-baik memilah mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan.
Apakah pekerjaan itu memang cocok untukmu? Apa
yang nanti bakal jadi tema skripsimu? Jauh dari keluarga, kamu dituntut
mengandalkan naluri pribadi saat akan mengambil keputusan
Dalam hidup, kita seringkali dihadapkan dengan
berbagai pilihan. Tak jarang kita merasa bingung saat akan mengambil keputusan.
Di saat inilah pendampingan orang tua dan teman selalu bisa diandalkan. Teman
bisa jadi tempatmu berbagi cerita, sedangkan keluarga akan selalu siap
menopangmu dalam segala kondisi.
Lepas dari segala kenyamanan dan dukungan sosial
yang sebelumnya kamu punya, kamu pun akan terlatih untuk menggunakan instingmu.
Ketika dihadapkan pada suatu pilihan, kamu akan lebih sering merenung dan
bertanya pada diri sendiri –“apakah pilihanku sudah tepat? apakah segala sebab
dan akibatnya sudah aku pikirkan masak-masak?” Selain itu, mengasah
kepekaan atau insting membuatmu kian percaya diri menjalani setiap tantangan
dalam hidup.
Meski jauh dari kampung halaman, perantauan bisa
jadi tempatmu menemukan teman dan keluarga baru
Manusia memang tak bisa lepas dari kehidupan sosial.
Meski akhirnya meninggalkan keluarga dan teman-teman di kampung halaman, bukan
berarti kamu harus hidup sendiri dan kesepian. Tempat perantauan pasti
menawarkan kesempatan untukmu menemukan teman-teman dan keluarga
baru. Mereka yang kamu jumpai di kampus, di kantor, atau di tempat kos pun
bisa jadi teman atau bahkan keluargamu.
Mereka yang sering menginap di kos-mu lantaran harus
mengerjakan tugas atau menemanimu belajar bersama. Mereka yang pintu kamarnya
akan selalu terbuka menyambut kedatanganmu sepulang kerja. Mereka pula yang
hingga larut malam mau mendengar keluh kesahmu seputar tugas-tugas kantor yang
menyebalkan. Meski berasal dari daerah yang berbeda-beda, perantauan adalah
tempat yang menyatukan kalian.
Pulang adalah saat yang paling dinantikan karena
segala rindu yang lama tertahan bisa segera dituntaskan
Setelah pergi merantau dan jauh dari keluarga, kamu
pun merasakan berbagai perasaan yang tak kamu sadari sebelumnya. Betapa tinggal
sendiri membuatmu selalu merindukan suara ayah dan ibumu. Meski sering dibuat
kesal, kehadiran kakak dan adik nyatanya selalu bisa menceriakan hari-harimu.
Ya, pulang adalah momen yang akan selalu kamu
rindukan. Kamu yang sengaja menabung sejak jauh-jauh hari demi bisa pulang
ke kampung halaman saat Hari Raya. Mengantre berjam-jam demi mendapat tiket bus
atau kereta api tak akan seberapa terasa melelahkan.
Bisa pulang ke rumah dan kumpul bersama keluarga
adalah sebuah kemewahan. Merantau membuatmu mengerti bahwa keluarga lah harta
yang paling berharga – mereka yang bisa menerimamu dengan segala kekurangan dan
kelebihan yang kamu punya.
Merantau memberimu kesempatan menjelajah
tempat-tempat baru, setelahnya kamu pun akan menemukan sebenar-benarnya dirimu.
Kadang, kamu tak baik-baik menyadari bahwa ada
banyak hal yang selama ini membelenggu hidupmu. Lantaran terlena dengan zona
nyaman, kamu tak bisa memaksimalkan kemampuan dan menemukan renjanamu.
Terkungkung dengan pendapat orang-orang terdekat dan berbagai norma sosial bisa
jadi menghambat dirimu untuk berkembang.
“Merantaulah sesering mungkin. Tersesat akan
membantumu menemukan diri sendiri.”
Merantau akan membuka matamu pada berbagai hal-hal
baru. Menuntunmu menuju sesuatu yang benar-benar kamu inginkan selama ini.
Menemukan apa yang sebenarnya jadi panggilan hidupmu. Pekerjaan atau profesi
seperti apa yang kamu inginkan, bidang apa yang ingin kamu tekuni, atau hidup
seperti apa yang ingin kamu jalani? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terbayar
lunas, terjawab tuntas ketika kamu berani melangkahkan kaki jauh dari rumahmu.