Media Belajar Hindu

OM AVIGNAM ASTU NAMOH SIDHAM

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.

Terjadi Gerhana Bulan

On 12:52 PM with No comments



BaliBudaya - Pada malam kemarin terjadi gerhana bulan (8/10) yang bertepatan hari pagerwesi yang sangat mengelapkan jagat raya,,,, dalam mitologi Gerhana Bulan yang dipercaya oleh masyarakat   dalam kisah mahadewa terjadi perebutan tirta amerta yag direbutkan oleh para dew dan raksasa
berikut kisahnya :





Kisah ini terjadi ketika para Raksasa dan para Dewa bekerja sama mengaduk lautan susu untuk mencari “ Tirtha Amertha “ atau Tirtha Kamandalu. Konon siapa saja yang meminum  Tirtha itu maka dia akan abadi  (tidak bisa mati ). Maka setelah tirtha itu didapatkan kemudian dibagi rata. Tugas untuk membagi Tirtha itu tidak lain adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi gadis cantik, lemah gemulai. Dalam kesepakatan diatur bahwa para Dewa duduk di barisan depan sedangkan para Raksasa di barisan belakang. Kemudian ada raksasa yang bernama “ Kala Rahu “ yang menyusup di barisan para Dewa, dengan cara merubah wujudnya menjadi Dewa. Namun penyamarannya ini segera diketahui oleh Dewa Chandra / Bulan. Maka ketika tiba giliran raksasa Kala Rahu mendapatkan “ Tirtha Keabadian “. Disitulah Dewa Candra berteriak “ Dia bukan Dewa, dia adalah raksasa Kala Rahu “ namun sayang Tirtha tersebut sudah terlanjur diminum. Maka tak ayal lagi Cakra Dewa Wisnu menebas leher Sang Kala Rahu. Tetapi karena lehernya sudah tersentuh oleh Tirtha Keabadian sehingga tidak bisa mati, wajahnya tetap abadi  dan melayang-layang di angkasa, sedangkan tubuhnya mati karena belum sempat tersentuh oleh Tirtha Kamandalu. Sejak saat itu dendamnya terhadap Dewa Bulan tak pernah putus-putus. Dia selalu mengincar dan menelan Dewa Chandra pada waktu Purnama. Tapi karena tubuhnya tidak ada maka sang rembulan muncul kembali ke permukaan. Begitulah setiap Sang Kala Rahu menelan Dewa Bulan, terjadilah gerhana.

Bulan yang terang benderang kemudian berubah menjadi  gelap-gulita, itu disebut dengan gerhana bulan. Tanda -tanda alam seperti ini sering dihubung-hubungkan akan terjadinya peristiwa di bumi. Misalnya beberapa hari atau beberapa minggu di daerah tertentu terjadi bencana alam, wabah penyakit, keributan atau bentrok antar masa dan sebagainya. Untuk menggantisipasi hal tersebut, orang-orang yang bijaksana, orang-orang wikan, para sesepuh, para rohaniawan dan yang mengetahui seluk-beluk kejadian tanda-tanda alam, biasanya sepakat melakukan yoga semadhi dan mendoakan agar bumi ini terhindar dari bencana.

Gerhana juga diidentikan dengan seseorang yang tadinya riang gembira, bersuka ria, bersika cita, tiba-tiba berubah murung sedih, karena ada salah satu anggota keluarga yang meninggal atau tertimpa musibah. Orang yang demikian dikatakan hatinya diiputi oleh gerhana. Tradisi di Bali jika terjadi gerhana bulan, maka orang-orang sibuk menyembunyikan kentongan atau benda apa saja yang bisa dipukul. Tujuannya adalah untuk mengusir kala Rahu yang menelan bulan. Mitos ini tertuang dalam sebuah purana yang kemudian menjadi sebuah dongengnya yang sangat populer.

Makna yang terkandung dalam mitologi tersebut adalah jika seseorang belum bisa melepaskan sifat-sifat keraksaannya maka dia belum boleh mendapatkan keabadiaan. Sang Kala Rahu yang tidak sabar menunggu giliran akhirnya kehilangan tubuhnya. Sedangkan Dewa Chandra yang menjadi sasaran kemarahan sang Kala Rahu harus mengunggu akibatnya. Dimana jika terjadi gerhana, maka dunia akan mengalami bencana atau musibah.

Oleh para Ilmuwan gerhana disorot sebagai peristiwa alam biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.  Namun bagi umat Hindu dan bagi kalangan penganut supranatural dan kebathinan, gerhana bulan tetap harus diwaspadai, dengan selalu eling dan waspada, karena setelah terjadinya gerhana kerap kali terjadi peristiwa-peristiwa alam yang tak terduga.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Comments
0 Comments